(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Mengenal Tikus dan Pengendaliannya

Admin distan | 28 April 2025 | 49 kali

Oleh : I Gede Sila Adnyana, S.P.

( POPT Ahli Pertama di Kecamatan Sukasada )

Tikus sawah, yang dikenal dengan nama ilmiah Rattus argentiventer, merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT) yang sering menyerang tanaman padi di berbagai daerah. Kehadiran tikus sawah di area persawahan dapat menyebabkan kerugian yang signifikan pada hasil pertanian, mengingat tikus dapat merusak bibit padi, tanaman muda, hingga tanaman yang sudah berbuah. Menyadari dampak buruk yang ditimbulkan, pengendalian tikus sawah harus dilakukan secara efektif untuk melindungi hasil pertanian.

Tikus sawah adalah mamalia kecil yang mudah dikenali dengan tubuh ramping dan panjang ekor yang hampir sama panjangnya dengan tubuhnya. Tikus sawah hidup di area persawahan yang memiliki banyak tempat persembunyian seperti saluran irigasi, tumpukan jerami, dan gulma. Mereka sangat aktif pada malam hari dan lebih suka bersembunyi di bawah tanaman padi.

Tikus sawah merupakan hewan nokturnal, yang berarti mereka aktif pada malam hari untuk mencari makan. Mereka dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman padi dengan memakan bibit, batang muda, hingga biji padi yang sedang berkembang. Selain itu, tikus juga dapat merusak saluran irigasi dan menyebabkan masalah pada sistem drainase yang pada akhirnya berdampak buruk pada produktivitas pertanian.

Kerusakan yang ditimbulkan oleh tikus sawah pada tanaman padi dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar. Tikus memakan bibit padi muda dan merusak batang padi yang masih rapuh, sehingga mengurangi hasil panen. Selain itu, tikus sawah juga berperan sebagai vektor penyebaran penyakit, seperti leptospirosis, yang dapat menular ke manusia dan hewan lainnya.

Pengendalian tikus sawah dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, yang umumnya dibagi menjadi pengendalian secara fisik, kimiawi, dan biologis. Sebagai seorang Penyuluh Pertanian (POPT), penting untuk memberikan informasi kepada petani mengenai cara-cara yang tepat untuk mengelola masalah ini.

1.        Pengendalian Fisik Pengendalian fisik meliputi usaha untuk mengurangi populasi tikus melalui pemusnahan sarang atau tempat persembunyian mereka. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:

a)        Pembersihan Gulma dan Sisa Tanaman: Mengurangi tempat persembunyian tikus dengan membersihkan gulma dan sisa tanaman yang dapat menjadi tempat berlindung bagi tikus.

b)        Penutupan Lubang Persembunyian: Menutup lubang-lubang yang digunakan tikus untuk bersarang, terutama di sekitar area persawahan.

c)        Pemasangan Perangkap: Menggunakan perangkap tikus untuk menangkap tikus secara fisik, sehingga populasi tikus dapat dikendalikan secara langsung.

d)        Penggunaan TBS (Trap Barrier System) dan LTBS (Linier Trap Barrier System) merupakan dua metode pengendalian tikus sawah yang menggunakan perangkap untuk mengurangi populasi tikus secara efektif. Pada TBS, perangkap dipasang di sekitar batas area pertanian dalam bentuk barikade, yang akan menangkap tikus yang melintas atau beraktivitas di sekitar tanaman padi, sementara LTBS melibatkan pemasangan perangkap secara linier di sepanjang jalur atau saluran irigasi yang sering dilalui tikus, sehingga memungkinkan penangkapan tikus yang bergerak dalam pola tertentu. Kedua sistem ini mengandalkan prinsip penghalang fisik dan penggunaan perangkap secara terstruktur untuk menangkap tikus tanpa membahayakan lingkungan sekitar, serta mengurangi kebutuhan akan bahan kimia dalam pengendalian. Metode ini lebih ramah lingkungan dan dapat diintegrasikan dalam pendekatan pengendalian terpadu.

2.         Pengendalian Biologis Pengendalian biologis menggunakan predator alami tikus, seperti ular atau burung hantu, untuk mengurangi populasi tikus di area pertanian. Selain itu, penggunaan tanaman repelan atau tanaman penghalang seperti tanaman yang mengeluarkan bau yang tidak disukai tikus, dapat menjadi solusi alami dalam pengendalian tikus sawah.

3.         Pengendalian Kimiawi Penggunaan rodentisida atau racun tikus dapat menjadi solusi sementara dalam mengurangi jumlah tikus di area pertanian. Namun, penggunaan bahan kimia ini harus sangat hati-hati, mengingat potensi kerusakan lingkungan dan dampaknya terhadap organisme non-target. Sebagai POPT, penting untuk menyarankan penggunaan bahan kimia yang sesuai dengan regulasi yang berlaku dan aman bagi lingkungan dan manusia.

4.         Peningkatan Kesadaran dan Kolaborasi Pengendalian tikus sawah tidak dapat dilakukan secara individual, sehingga kolaborasi antara petani dan penyuluh pertanian sangat penting. Sebagai POPT, meningkatkan kesadaran petani mengenai cara-cara pengendalian yang tepat dan berbasis lingkungan sangat penting untuk keberhasilan pengendalian OPT ini. Pendekatan pengendalian terpadu (PHT) yang melibatkan kombinasi dari beberapa metode pengendalian, baik fisik, kimiawi, maupun biologis, akan memberikan hasil yang lebih optimal dan berkelanjutan.

Tikus sawah merupakan salah satu OPT yang dapat memberikan dampak buruk bagi pertanian padi. Oleh karena itu, pengendalian yang tepat harus dilakukan dengan pendekatan yang terintegrasi dan melibatkan semua pihak terkait. Sebagai POPT, kita harus terus memberikan edukasi dan informasi yang akurat mengenai cara-cara pengendalian tikus sawah yang aman, efektif, dan ramah lingkungan. Dengan begitu, kerugian yang ditimbulkan akibat serangan tikus sawah dapat diminimalkan, dan hasil pertanian tetap terjaga.

Dengan penerapan pengendalian tikus sawah secara fisik, biologis, kimiawi dan kolaborasi yang tepat, diharapkan para petani dapat mengurangi kerugian yang disebabkan oleh serangan tikus dan meningkatkan hasil panen mereka. Selain itu, pendekatan yang ramah lingkungan dan berbasis keberlanjutan akan membawa dampak positif bagi ekosistem pertanian secara keseluruhan. Sebagai Penyuluh Pertanian (POPT), kami berharap petani dapat lebih aktif dalam mengelola masalah tikus sawah dengan cara-cara yang efektif dan terintegrasi, serta selalu berinovasi dalam mencari solusi yang dapat menanggulangi masalah OPT secara optimal. Dengan kolaborasi yang baik antara petani, penyuluh, dan pihak terkait lainnya, kita dapat memastikan keberlanjutan pertanian yang produktif dan ramah lingkungan, sehingga kesejahteraan petani dapat terus meningkat.



Daftar Pustaka :

Iskandar, H., & Utami, R. (2020). Pengendalian Tikus Sawah Rattus argentiventer pada Tanaman Padi dengan                Pendekatan Pengendalian Terpadu. Jurnal Agrikultura, 12(2), 121-130.

Susanti, A., & Nurdin, A. (2019). Dampak Kerusakan Tikus Sawah terhadap Hasil Pertanian Padi dan Strategi               Pengendaliannya. Jurnal Ilmu Pertanian, 15(1), 45-56.