Oleh : I Gede Sila Adnyana, S.P.
(
POPT Ahli Pertama di Kecamatan Sukasada )
Tikus sawah, yang dikenal dengan nama ilmiah
Rattus argentiventer, merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT)
yang sering menyerang tanaman padi di berbagai daerah. Kehadiran tikus sawah di
area persawahan dapat menyebabkan kerugian yang signifikan pada hasil
pertanian, mengingat tikus dapat merusak bibit padi, tanaman muda, hingga
tanaman yang sudah berbuah. Menyadari dampak buruk yang ditimbulkan,
pengendalian tikus sawah harus dilakukan secara efektif untuk melindungi hasil
pertanian.
Tikus sawah adalah mamalia kecil yang mudah
dikenali dengan tubuh ramping dan panjang ekor yang hampir sama panjangnya
dengan tubuhnya. Tikus sawah hidup di area persawahan yang memiliki banyak
tempat persembunyian seperti saluran irigasi, tumpukan jerami, dan gulma.
Mereka sangat aktif pada malam hari dan lebih suka bersembunyi di bawah tanaman
padi.
Tikus sawah merupakan hewan nokturnal, yang
berarti mereka aktif pada malam hari untuk mencari makan. Mereka dapat
menyebabkan kerusakan pada tanaman padi dengan memakan bibit, batang muda,
hingga biji padi yang sedang berkembang. Selain itu, tikus juga dapat merusak
saluran irigasi dan menyebabkan masalah pada sistem drainase yang pada akhirnya
berdampak buruk pada produktivitas pertanian.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh tikus sawah
pada tanaman padi dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar. Tikus memakan
bibit padi muda dan merusak batang padi yang masih rapuh, sehingga mengurangi
hasil panen. Selain itu, tikus sawah juga berperan sebagai vektor penyebaran
penyakit, seperti leptospirosis, yang dapat menular ke manusia dan hewan
lainnya.
Pengendalian tikus sawah dapat dilakukan
melalui beberapa pendekatan, yang umumnya dibagi menjadi pengendalian secara
fisik, kimiawi, dan biologis. Sebagai seorang Penyuluh Pertanian (POPT),
penting untuk memberikan informasi kepada petani mengenai cara-cara yang tepat
untuk mengelola masalah ini.
1.
Pengendalian Fisik Pengendalian
fisik meliputi usaha untuk mengurangi populasi tikus melalui pemusnahan sarang
atau tempat persembunyian mereka. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara
lain:
a)
Pembersihan Gulma dan Sisa
Tanaman: Mengurangi tempat persembunyian tikus dengan membersihkan gulma dan
sisa tanaman yang dapat menjadi tempat berlindung bagi tikus.
b)
Penutupan Lubang Persembunyian:
Menutup lubang-lubang yang digunakan tikus untuk bersarang, terutama di sekitar
area persawahan.
c)
Pemasangan Perangkap:
Menggunakan perangkap tikus untuk menangkap tikus secara fisik, sehingga
populasi tikus dapat dikendalikan secara langsung.
d)
Penggunaan TBS (Trap
Barrier System) dan LTBS (Linier Trap Barrier System)
merupakan dua metode pengendalian tikus sawah yang menggunakan perangkap untuk
mengurangi populasi tikus secara efektif. Pada TBS, perangkap dipasang di
sekitar batas area pertanian dalam bentuk barikade, yang akan menangkap tikus
yang melintas atau beraktivitas di sekitar tanaman padi, sementara LTBS
melibatkan pemasangan perangkap secara linier di sepanjang jalur atau saluran
irigasi yang sering dilalui tikus, sehingga memungkinkan penangkapan tikus yang
bergerak dalam pola tertentu. Kedua sistem ini mengandalkan prinsip penghalang
fisik dan penggunaan perangkap secara terstruktur untuk menangkap tikus tanpa
membahayakan lingkungan sekitar, serta mengurangi kebutuhan akan bahan kimia
dalam pengendalian. Metode ini lebih ramah lingkungan dan dapat diintegrasikan
dalam pendekatan pengendalian terpadu.
2.
Pengendalian Biologis
Pengendalian biologis menggunakan predator alami tikus, seperti ular atau
burung hantu, untuk mengurangi populasi tikus di area pertanian. Selain itu,
penggunaan tanaman repelan atau tanaman penghalang seperti tanaman yang
mengeluarkan bau yang tidak disukai tikus, dapat menjadi solusi alami dalam
pengendalian tikus sawah.
3.
Pengendalian Kimiawi Penggunaan
rodentisida atau racun tikus dapat menjadi solusi sementara dalam mengurangi
jumlah tikus di area pertanian. Namun, penggunaan bahan kimia ini harus sangat
hati-hati, mengingat potensi kerusakan lingkungan dan dampaknya terhadap
organisme non-target. Sebagai POPT, penting untuk menyarankan penggunaan bahan
kimia yang sesuai dengan regulasi yang berlaku dan aman bagi lingkungan dan
manusia.
4.
Peningkatan Kesadaran dan
Kolaborasi Pengendalian tikus sawah tidak dapat dilakukan secara individual,
sehingga kolaborasi antara petani dan penyuluh pertanian sangat penting.
Sebagai POPT, meningkatkan kesadaran petani mengenai cara-cara pengendalian yang
tepat dan berbasis lingkungan sangat penting untuk keberhasilan pengendalian
OPT ini. Pendekatan pengendalian terpadu (PHT) yang melibatkan kombinasi dari
beberapa metode pengendalian, baik fisik, kimiawi, maupun biologis, akan
memberikan hasil yang lebih optimal dan berkelanjutan.
Tikus sawah merupakan salah satu OPT yang
dapat memberikan dampak buruk bagi pertanian padi. Oleh karena itu,
pengendalian yang tepat harus dilakukan dengan pendekatan yang terintegrasi dan
melibatkan semua pihak terkait. Sebagai POPT, kita harus terus memberikan
edukasi dan informasi yang akurat mengenai cara-cara pengendalian tikus sawah
yang aman, efektif, dan ramah lingkungan. Dengan begitu, kerugian yang
ditimbulkan akibat serangan tikus sawah dapat diminimalkan, dan hasil pertanian
tetap terjaga.
Dengan penerapan pengendalian tikus sawah secara fisik, biologis, kimiawi dan kolaborasi yang tepat, diharapkan para petani dapat mengurangi kerugian yang disebabkan oleh serangan tikus dan meningkatkan hasil panen mereka. Selain itu, pendekatan yang ramah lingkungan dan berbasis keberlanjutan akan membawa dampak positif bagi ekosistem pertanian secara keseluruhan. Sebagai Penyuluh Pertanian (POPT), kami berharap petani dapat lebih aktif dalam mengelola masalah tikus sawah dengan cara-cara yang efektif dan terintegrasi, serta selalu berinovasi dalam mencari solusi yang dapat menanggulangi masalah OPT secara optimal. Dengan kolaborasi yang baik antara petani, penyuluh, dan pihak terkait lainnya, kita dapat memastikan keberlanjutan pertanian yang produktif dan ramah lingkungan, sehingga kesejahteraan petani dapat terus meningkat.
Daftar Pustaka :
Iskandar, H., & Utami,
R. (2020). Pengendalian Tikus Sawah Rattus argentiventer pada Tanaman Padi
dengan Pendekatan
Pengendalian Terpadu. Jurnal Agrikultura, 12(2), 121-130.
Susanti, A., & Nurdin,
A. (2019). Dampak Kerusakan Tikus Sawah terhadap Hasil Pertanian Padi dan
Strategi Pengendaliannya. Jurnal Ilmu Pertanian, 15(1), 45-56.