Oleh : Ni Wayan Sukarmi, S.TP
Kacang Gude (Cajanus cajan) merupakan tanaman perdu yang
dapat tumbuh tinggi hingga 3 m. Batangnya memiliki bulu halus dan banyak
cabang. Kacang gude berdaun ganda, terdiri dari tiga anak daun yang juga
memiliki bulu halus pada bagian bawah dan atas. Bunganya terdiri dari berbagai
warna, yaitu kuning, jingga, atau kecokelat-cokelatan. Bijinya kecil, dan warna
kulitnya bermacam-macam. Sementara buahnya berbentuk polong dengan panjang yang
bisa mencapai 7,5 cm.
Dalam perdagangan internasional, kacang gude
disebut Pigeon
pea. Di Indonesia, selain kacang gude, komoditas ini juga
mempunyai berbagai nama lokal di beberapa daerah, diantaranya kacang hiris
(Sunda), kacang bali, ritiklias (Sumatera), kacang kayu (Jawa), kance (Bugis),
kacang kaju (Madura), kekace, undis (Bali), lebui, legui, kacang iris, kacang
turis, puwe jai (Halmahera), dan fou hate (Ternate, Tidore). Polong kacang gude
biasanya langsung digoreng jika itu polong muda, dan dipanggang atau dibuat
tempe jika itu polong tua. Pada dunia kesehatan, polong kacang gude juga
dijadikan obat memar, dan akar tanaman digunakan sebagai obat penyakit kuning,
cacingan, dan batuk.
Tergolong tanaman kacang-kacangan yang sedikit
berbeda dari tanaman sejenisnya, tanaman kacang gude bersifat tahunan
(parenial) yang mampu hidup di lahan kering maupun lahan sawah. Tanaman
kacang gude mudah beradaptasi dengan
beragam jenis tanah. Oleh karena itu tanaman kacang ini juga dapat ditanam di
pekarangan rumah.
1. Syarat Tumbuh
Kacang gude dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 1800 m dpl, pH tanah
5 – 7, pada suhu 18 – 30°C. Tanaman ini cukup toleran terhadap kekeringan.
Penanaman dilakukan dengan benih dengan jarak tanam 40 x 30 cm. Pemberian unsur
S dapat meningkatkan hasil panen. Sebenarnya tanaman dapat menghasilkan sampai
3 – 5 tahun, namun hasilnya akan lebih kecil dibandingkan panen tahun pertama. Tanaman
sudah mulai berbungan pada umur 100 hari, tergantung varietas yang digunakan. Pada lahan kering tanaman kacang gude tetap bisa tumbuh,
dengan syarat kapasitas menahan air cukup, dan saluran drainase
tersedia. Pertumbuhan vegetatif tanaman dipicu oleh panjangnya hari
panjang musim hujan, sedangkan pertumbuhan generatif terutama pembungaan dipicu
oleh hari pendek musim kemarau. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan
penanaman pada awal musim hujan, dan saat umur panen tercapai pada akhir
musim kemarau.
2. Persiapan Lahan
Meskipun
daya adaptasi tanaman kacang gude tinggi sehingga memudahkannya tumbuh di
lingkungan manapun, tahapan persiapan lahan tetap perlu dilakukan.
-
Cangkul tanah sedalam 20 - 30 cm, biarkan selama 1 -
2 minggu. Setelahnya, ratakan bongkahan-bongkahan tanah hingga menjadi gembur
secara merata.
-
Buat saluran drainase mengelilingi kebun, atau
sesuai petakan lahan sedalam 30 - 40 cm, untuk membantu daya tahan tanah pada
air dan menjamin tersedianya air pada saat musim kemarau.
-
Sisa-sisa tanaman dan gulma hasil pembersihan
sebaiknya jangan dibuang, melainkan dikembalikan dengan cara membenamkannya ke
dalam tanah untuk menjadi pupuk hijauan dasar.
-
Apabila sistem penanaman menggunakan bedengan tanam,
maka buat bedengan berukuran lebar 2 m dan panjang 5 - 10 m, atau disesuaikan
dengan panjang kebun. Antar bedengan diberi jarak sekitar 50 - 75 cm, dan
tinggi bedengan 15 - 20 cm.
3. Pembibitan
Budidaya kacang gude dalam hal kebutuhan bibit dapat dipenuhi
dari hasil produksi sendiri. Kriteria bibit yang baik, ialah bibit dengan
bentuk sempurna, tidak memiliki cacat, warnanya bercahaya atau
mengkilap. Kebutuhan bibit bergantung pada ukuran biji. Sebagai gambaran,
12 kg biji/ha atau 18 kg polong/ha, dengan daya kecambah bibit >80%. Sebelum
penanaman, rendam bibit terlebih dahulu sekitar 15 menit ke dalam air.
4. Penanaman
Sistem penanaman kacang gude umumnya secara tumpangsari dengan
tanaman lain seperti kacang tanah dan sawi hijau. Tak jarang tanaman ini juga
hanya ditanam di sekeliling kebun sebagai penahan erosi.
-
Gunakan jarak tanam ideal 40 cm di dalam barisan,
100 cm antar barisan, (40 x 100 cm2). Jarak tersebut setara dengan
populasi 25.000 tanaman.
-
Penanaman dilakukan langsung pada tanah yang ditugal
sedalam 5 - 7 cm, dengan 3 biji per lubang. Tunggu dalam waktu 2 minggu,
apabila ada yang tumbuh kerdil segera cabut. Usai penanaman bibit, tutup
lubang tanam dengan tanah agar tidak terkena sinar matahari langsung
ataupun termakan ayam dan binatang lainnya.
-
Sirami lahan tanam setelah penanaman agar tanah
senantiasa terjaga kelembabannya, terutama pada musim kemarau.
5. Pemeliharaan
Tanaman yang sedang dalam fase pertumbuhan tentu perlu
dipelihara agar pertumbuhannya tidak terganggu. Pemeliharaannya meliputi;
-
Pemupukan kimia dengan dosis dan jenis; 15 - 75 kg
Urea, 20 - 100 kg SP-36, dan 20 - 100 kg KCI/ha. Berikan pupuk seluruhnya pada
saat tanam, dengan pembagian 30% pada saat tanaman berumur 30 hari, dan 70%
menjelang masa berbunga. Begitupun, dosis dan jenis pupuk yang disarankan dapat
berbeda sesuai dengan status kesuburan tanah.
-
Penyiraman utamanya pada musim kemarau dan masa
kritis (periode pertumbuhan awal, awal berbunga, pembentukan dan pengisian
polong, dan pematangan polong. Pada tanah yang sedang sangat kering, sirami
minimal sekali dalam sehari, pagi atau sore hari, kemudian setiap 2 hari.
Pastikan penyiraman tidak menggenangi perakaran.
-
Penyiangan dengan frekuensi yang disesuaikan oleh
populasi gulma di lapangan, sebanyak 2 kali sepanjang pertumbuhan tanaman,
yaitu pada umur 15 dan 30 hari setelah tanam.
-
Pengendalian Hama utama berupa kumbang daun, ulat
penggerek polong, dan lalat buah. Cara pengendaliannya dapat dilakukan secara
mekanis, yaitu dengan menangkap dan membunuhnya, atau menggunakan pestisida
organik yang dibuat dari campuran gerusan bawang putih, cabe rawit, jahe, jeruk
nipis, dan daun sambiloto yang dilarutkan dalam air.
-
Pengendalian penyakit utama berupa layu bakteri,
bercak daun, penyakit karat, dan virus. Jika ditemukan tanaman yang memiliki
gejala serangan penyakit, segera cabut dan bakar tanaman.
6. Panen
Kematangan
polong kacang gude dimulai pada umur 6 - 7 bulan setelah tanam. Ciri-ciri yang menentukan
masa panennya adalah mulai terdapat biji-biji berjatuhan dengan sendirinya
karena polong yang sudah mengering, warna polong coklat gelap dan kering dengan
permukaan kulit kasar, dan warna biji yang berjatuhan gelap mengkilat. Panen
dilakukan secara bertahap, yaitu setiap 2 - 3 hari sekali untuk mendapatkan
polong dengan tingkat kematangan seragam. Cara panen, yaitu dipetik
menggunakan tangan secara perlahan dan berhati-hati tepat pada pangkal biji
polong. Usai panen, tanaman akan segera mengering dan mati, umumnya
sesudah 3 - 4 masa menghasilkan polong.
7. Pasca Panen
Hasil
panen berupa polong-polong kacang gude, segera dijemur di bawah sinar matahari
sampai kering sempurna, ditandai dengan keringnya kulit polong, dan keluarnya
biji-biji polong dengan sendirinya. Terkadang kulit polong juga perlu diremas
untuk mengeluarkan biji polong. Biji-biji polong yang sudah kering
kemudian ditempatkan ke dalam karung untuk di jual. Biji yang akan
digunakan sebagai bibit, dapat disimpan di dalam botol bekas kecap berbahan
beling, atau bekas air mineral plastik yang bersih dan steril.
Tanaman kacang gude juga mampu meningkatkan
kesuburan lahan. Pertama-tama kesuburan lahan itu disebabkan oleh daun gude
yang rontok dan hancur menjadi pupuk hijau. Kedua, akar tanaman gude juga mampu
bersimbiosis dengan bekteri Rhizobium, dan membentuk bintil akar untuk
menyimpan oksigen, yang ditangkap oleh daun langsung dari udara. Dalam tiap
areal tanaman kacang gude seluas satu hektar, potensi nitrogen yang bisa
dikumpulkan mencapai 40 kg. Meskipun berupa terna berkayu, kacang gude tetap
tanaman semusim. Setelah dipanen, tanaman gude akan mati, hingga
diperlukan penanaman baru dengan benih baru.