(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

BUDIDAYA KACANG GUDE

Admin distan | 14 April 2022 | 1900 kali

Oleh : Ni Wayan Sukarmi, S.TP


Kacang Gude (Cajanus cajan) merupakan tanaman perdu yang dapat tumbuh tinggi hingga 3 m. Batangnya memiliki bulu halus dan banyak cabang. Kacang gude berdaun ganda, terdiri dari tiga anak daun yang juga memiliki bulu halus pada bagian bawah dan atas. Bunganya terdiri dari berbagai warna, yaitu kuning, jingga, atau kecokelat-cokelatan. Bijinya kecil, dan warna kulitnya bermacam-macam. Sementara buahnya berbentuk polong dengan panjang yang bisa mencapai 7,5 cm. 

Dalam perdagangan internasional, kacang gude disebut Pigeon pea. Di Indonesia, selain kacang gude, komoditas ini juga mempunyai berbagai nama lokal di beberapa daerah, diantaranya kacang hiris (Sunda), kacang bali, ritiklias (Sumatera), kacang kayu (Jawa), kance (Bugis), kacang kaju (Madura), kekace, undis (Bali), lebui, legui, kacang iris, kacang turis, puwe jai (Halmahera), dan fou hate (Ternate, Tidore). Polong kacang gude biasanya langsung digoreng jika itu polong muda, dan dipanggang atau dibuat tempe jika itu polong tua. Pada dunia kesehatan, polong kacang gude juga dijadikan obat memar, dan akar tanaman digunakan sebagai obat penyakit kuning, cacingan, dan batuk. 

Tergolong tanaman kacang-kacangan yang sedikit berbeda dari tanaman sejenisnya, tanaman kacang gude bersifat tahunan (parenial) yang mampu hidup di lahan kering maupun lahan sawah. Tanaman kacang gude  mudah beradaptasi dengan beragam jenis tanah. Oleh karena itu tanaman kacang ini juga dapat ditanam di pekarangan  rumah.

1. Syarat Tumbuh

Kacang gude dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 1800 m dpl, pH tanah 5 – 7, pada suhu 18 – 30°C. Tanaman ini cukup toleran terhadap kekeringan. Penanaman dilakukan dengan benih dengan jarak tanam 40 x 30 cm. Pemberian unsur S dapat meningkatkan hasil panen. Sebenarnya tanaman dapat menghasilkan sampai 3 – 5 tahun, namun hasilnya akan lebih kecil dibandingkan panen tahun pertama. Tanaman sudah mulai berbungan pada umur 100 hari, tergantung varietas yang digunakan. Pada lahan kering tanaman kacang gude tetap bisa tumbuh, dengan syarat kapasitas menahan air cukup, dan saluran drainase tersedia.  Pertumbuhan vegetatif tanaman dipicu oleh panjangnya hari panjang musim hujan, sedangkan pertumbuhan generatif terutama pembungaan dipicu oleh hari pendek musim kemarau. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan penanaman pada awal musim hujan, dan saat umur panen tercapai pada akhir musim kemarau. 

 

2. Persiapan Lahan

Meskipun daya adaptasi tanaman kacang gude tinggi sehingga memudahkannya tumbuh di lingkungan manapun, tahapan persiapan lahan tetap perlu dilakukan.

-          Cangkul tanah sedalam 20 - 30 cm, biarkan selama 1 - 2 minggu. Setelahnya, ratakan bongkahan-bongkahan tanah hingga menjadi gembur secara merata. 

-          Buat saluran drainase mengelilingi kebun, atau sesuai petakan lahan sedalam 30 - 40 cm, untuk membantu daya tahan tanah pada air dan menjamin tersedianya air pada saat musim kemarau. 

-          Sisa-sisa tanaman dan gulma hasil pembersihan sebaiknya jangan dibuang, melainkan dikembalikan dengan cara membenamkannya ke dalam tanah untuk menjadi pupuk hijauan dasar.

-          Apabila sistem penanaman menggunakan bedengan tanam, maka buat bedengan berukuran lebar 2 m dan panjang 5 - 10 m, atau disesuaikan dengan panjang kebun. Antar bedengan diberi jarak sekitar 50 - 75 cm, dan tinggi bedengan 15 - 20 cm. 

 

3. Pembibitan

Budidaya kacang gude dalam hal kebutuhan bibit dapat dipenuhi dari hasil produksi sendiri. Kriteria bibit yang baik, ialah bibit dengan bentuk sempurna, tidak memiliki cacat, warnanya bercahaya atau mengkilap. Kebutuhan bibit bergantung pada ukuran biji. Sebagai gambaran, 12 kg biji/ha atau 18 kg polong/ha, dengan daya kecambah bibit >80%. Sebelum penanaman, rendam bibit terlebih dahulu sekitar 15 menit ke dalam air. 

 

4. Penanaman

Sistem penanaman kacang gude umumnya secara tumpangsari dengan tanaman lain seperti kacang tanah dan sawi hijau. Tak jarang tanaman ini juga hanya ditanam di sekeliling kebun sebagai penahan erosi.

-          Gunakan jarak tanam ideal 40 cm di dalam barisan, 100 cm antar barisan, (40 x 100 cm2). Jarak tersebut setara dengan populasi 25.000 tanaman. 

-          Penanaman dilakukan langsung pada tanah yang ditugal sedalam 5 - 7 cm, dengan 3 biji per lubang. Tunggu dalam waktu 2 minggu, apabila ada yang tumbuh kerdil segera cabut. Usai penanaman bibit, tutup lubang tanam dengan tanah agar tidak terkena sinar matahari langsung ataupun termakan ayam dan binatang lainnya. 

-          Sirami lahan tanam setelah penanaman agar tanah senantiasa terjaga kelembabannya, terutama pada musim kemarau. 

 

5. Pemeliharaan

Tanaman yang sedang dalam fase pertumbuhan tentu perlu dipelihara agar pertumbuhannya tidak terganggu. Pemeliharaannya meliputi;

-          Pemupukan kimia dengan dosis dan jenis; 15 - 75 kg Urea, 20 - 100 kg SP-36, dan 20 - 100 kg KCI/ha. Berikan pupuk seluruhnya pada saat tanam, dengan pembagian 30% pada saat tanaman berumur 30 hari, dan 70% menjelang masa berbunga. Begitupun, dosis dan jenis pupuk yang disarankan dapat berbeda sesuai dengan status kesuburan tanah. 

-          Penyiraman utamanya pada musim kemarau dan masa kritis (periode pertumbuhan awal, awal berbunga, pembentukan dan pengisian polong, dan pematangan polong. Pada tanah yang sedang sangat kering, sirami minimal sekali dalam sehari, pagi atau sore hari, kemudian setiap 2 hari. Pastikan penyiraman tidak menggenangi perakaran.

-          Penyiangan dengan frekuensi yang disesuaikan oleh populasi gulma di lapangan, sebanyak 2 kali sepanjang pertumbuhan tanaman, yaitu pada umur 15 dan 30 hari setelah tanam. 

-          Pengendalian Hama utama berupa kumbang daun, ulat penggerek polong, dan lalat buah. Cara pengendaliannya dapat dilakukan secara mekanis, yaitu dengan menangkap dan membunuhnya, atau menggunakan pestisida organik yang dibuat dari campuran gerusan bawang putih, cabe rawit, jahe, jeruk nipis, dan daun sambiloto yang dilarutkan dalam air.

-          Pengendalian penyakit utama berupa layu bakteri, bercak daun, penyakit karat, dan virus. Jika ditemukan tanaman yang memiliki gejala serangan penyakit, segera cabut dan bakar tanaman. 

 

6. Panen

Kematangan polong kacang gude dimulai pada umur 6 - 7 bulan setelah tanam. Ciri-ciri yang menentukan masa panennya adalah mulai terdapat biji-biji berjatuhan dengan sendirinya karena polong yang sudah mengering, warna polong coklat gelap dan kering dengan permukaan kulit kasar, dan warna biji yang berjatuhan gelap mengkilat. Panen dilakukan secara bertahap, yaitu setiap 2 - 3 hari sekali untuk mendapatkan polong dengan tingkat kematangan seragam. Cara panen, yaitu dipetik menggunakan tangan secara perlahan dan berhati-hati tepat pada pangkal biji polong. Usai panen, tanaman akan segera mengering dan mati, umumnya sesudah 3 - 4 masa menghasilkan polong. 

7. Pasca Panen

Hasil panen berupa polong-polong kacang gude, segera dijemur di bawah sinar matahari sampai kering sempurna, ditandai dengan keringnya kulit polong, dan keluarnya biji-biji polong dengan sendirinya. Terkadang kulit polong juga perlu diremas untuk mengeluarkan biji polong. Biji-biji polong yang sudah kering kemudian ditempatkan ke dalam karung untuk di jual. Biji yang akan digunakan sebagai bibit, dapat disimpan di dalam botol bekas kecap berbahan beling, atau bekas air mineral plastik yang bersih dan steril.

Tanaman kacang gude juga mampu meningkatkan kesuburan lahan. Pertama-tama kesuburan lahan itu disebabkan oleh daun gude yang rontok dan hancur menjadi pupuk hijau. Kedua, akar tanaman gude juga mampu bersimbiosis dengan bekteri Rhizobium, dan membentuk bintil akar untuk menyimpan oksigen, yang ditangkap oleh daun langsung dari udara. Dalam tiap areal tanaman kacang gude seluas satu hektar, potensi nitrogen yang bisa dikumpulkan mencapai 40 kg. Meskipun berupa terna berkayu, kacang gude tetap tanaman semusim. Setelah dipanen, tanaman gude akan mati,  hingga diperlukan penanaman baru dengan benih baru.