Oleh : I Kade
Purnawirawan Putra, SP (Pengendali OPT Ahli Pertama BPP Kec. Buleleng)
MKP (Mono Kalium Fosfat) atau
Mono Potassium Phosphate merupakan pupuk majemuk yang mengandung dua
unsur hara makro penting, yaitu fosfor (P) sekitar 52% dan kalium (K) sekitar
34%. Pupuk ini sangat populer di kalangan petani karena mudah larut dalam air,
sehingga dapat digunakan melalui sistem fertigasi, penyemprotan daun (foliar),
maupun pada budidaya hidroponik. Kandungan fosfor dalam MKP berperan penting
dalam pembentukan akar muda, mempercepat pertumbuhan jaringan baru, serta
membantu proses fotosintesis dan pembentukan energi dalam tanaman. Selain itu,
fosfor juga berpengaruh besar terhadap percepatan pembungaan dan pembentukan
buah atau biji, sehingga tanaman menjadi lebih cepat berproduksi.
Sementara itu, unsur kalium
dalam MKP memiliki fungsi utama dalam mengatur keseimbangan air di dalam
tanaman, memperkuat batang agar tidak mudah rebah, serta meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap kekeringan dan serangan penyakit. Kalium juga berperan dalam
pembentukan gula dan pati, yang berdampak langsung pada peningkatan kualitas
hasil panen, baik dari segi rasa, ukuran, maupun warna buah.
Penggunaan MKP memberikan banyak
manfaat bagi pertumbuhan tanaman, di antaranya merangsang pertumbuhan akar dan
tunas baru, meningkatkan pembungaan dan pembuahan, serta memperbaiki kualitas
hasil panen. Karena tidak mengandung nitrogen (N), MKP sangat sesuai digunakan
pada fase generatif untuk mencegah pertumbuhan vegetatif yang berlebihan. Pupuk
ini umumnya diaplikasikan dengan cara penyemprotan daun dengan dosis 2–5 gram
per liter air, atau melalui sistem kocor dan fertigasi dengan dosis 1–2 gram
per liter air, tergantung pada fase pertumbuhan tanaman.
MKP dapat digunakan pada
berbagai jenis tanaman, seperti cabai, tomat, melon, semangka, mangga, jeruk,
padi, jagung, hingga tanaman hias dan sayuran daun. Secara keseluruhan, MKP
merupakan pupuk sumber fosfor dan kalium berkualitas tinggi yang sangat efektif
untuk mendukung pertumbuhan akar, pembungaan, serta meningkatkan kualitas dan
ketahanan hasil panen. Dengan aplikasi yang tepat, MKP membantu tanaman tumbuh
lebih sehat, kuat, dan produktif.
Pada tanaman padi, MKP
(Mono Kalium Fosfat) memiliki peran penting dalam mendukung
pertumbuhan dan produktivitas, terutama pada fase pembungaan dan pengisian
bulir. MKP merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur fosfor (P)
sekitar 52% dan kalium (K) sekitar 34%, keduanya sangat
dibutuhkan oleh tanaman padi untuk pertumbuhan optimal. Fosfor berperan dalam pembentukan
akar muda, sehingga akar padi menjadi lebih banyak, panjang, dan kuat
dalam menyerap air serta unsur hara dari tanah. Selain itu, fosfor juga
berperan dalam proses pembentukan energi (ATP) yang diperlukan
untuk mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan pembentukan malai serta
jumlah gabah per malai.
Unsur kalium dalam MKP berfungsi
untuk mengatur keseimbangan air dan membuka-tutup stomata,
yang membantu tanaman padi lebih tahan terhadap kekeringan atau kondisi
cekaman lingkungan. Kalium juga berperan dalam pembentukan
karbohidrat dan pati, sehingga meningkatkan berat dan mutu
gabah. Dengan ketersediaan kalium yang cukup, tanaman padi memiliki
batang yang lebih kokoh dan tidak mudah rebah saat menjelang panen.
Penggunaan MKP pada padi umumnya
dilakukan menjelang atau pada saat tanaman mulai berbunga hingga
pengisian bulir, yaitu sekitar umur 40–60 HST (hari setelah
tanam). Aplikasi dapat dilakukan melalui penyemprotan daun
(foliar) dengan dosis 2–3 gram per liter air atau melalui sistem kocor
di lahan sawah dengan dosis disesuaikan kondisi tanaman. Pemberian MKP pada
fase ini membantu memaksimalkan pembentukan malai, meningkatkan
persentase gabah bernas, serta mempercepat pemasakan gabah secara
seragam.
Secara keseluruhan, penggunaan
MKP pada tanaman padi dapat meningkatkan efisiensi penyerapan hara,
memperkuat struktur tanaman, serta meningkatkan hasil panen baik dari
segi kuantitas maupun kualitas. Padi yang diberikan MKP cenderung memiliki
gabah lebih bernas, warna cerah, dan rendemen beras lebih tinggi dibandingkan
tanpa perlakuan MKP.