(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Kresek Pada Tanaman Padi

Admin distan | 21 Februari 2025 | 255 kali

Oleh : Ni Putu Eka Handayani, S.P

POPT Ahli Pertama di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sawan

 

Penyakit kresek atau hawar daun bakteri yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae merupakan salah satu ancaman bagi tanaman padi Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan hasil panen yang dan berdampak pada pendapatan petani. Patogen ini dapat mengenfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman dari mulai pesemaian sampai menjelang panen. Umumnya penyebaran penyakit kresek berasal dari bekas jerami, singgang, benih padi yang terinfeksi bakteri dan juga gulma di sekitar pertanaman (Ali, S.F dkk, 2012)

 

Gejala serangan penyakit kresek

Gejala diawali dengan timbulnya bercak abu abu (kekuningan) umumnya pada tepi daun. Dalam perkembangannya, gejala akan meluas, membentuk hawar memanjang (blight), dan akhirnya daun mengering. Bila serangan terjadi pada awal pertumbuhan tanaman menjadi layu dan mati gejala ini disebut kresek. Bila serangan terjadi saat berbunga, proses pengisian gabah menjadi tidak sempurna, menyebabkan gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa.

 

Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit

Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terutama adalah kelembaban yang tinggi sangat memacu perkembangan penyakit ini. Oleh karena itu penyakit kresek sering timbul terutama pada musim hujan. Pertanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi tanpa diimbangi dengan pupuk kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap penyakit kresek. Oleh karena itu untuk menekan perkembangan penyakit kresek disarankan tidak memupuk tanaman dengan nitrogen secara berlebihan, gunakan pupuk kalium dan tidak menggenangi pertanaman secara terus menerus, sebaiknya pengairan dilakukan secara berselang (intermiten) (Sudir dkk, 2012)

 

Pencegahan dan pengendalian Penyakit Kresek

1.        Penggunaan benih dan bibit sehat

Patogen penyakit kresek dapat tertular melalui benih maka sangat dianjurkan pertanaman yang terinfeksi penyakit kresek tidak digunakan sebagai benih.

2.        Penggunaan agens hayati Corynebacterium atau Paenybacillus polymyxa pada benih, umur 14, 28 dan 42 hst dengan dosis 5 cc per liter

3.        Pemupukan berimbang serta menghindari pemupukan nitrogen berlebihan sedangkan pospor dan kalium yang cukup

4.        Menghindari pemupukan saat tanaman memasuki fase bunting

5.        Sanitasi lingkungan dan gulma inang

Patogen dapat bertahan pada inang alternatif dan sisa-sisa tanaman maka sanitasi lingkungan sawah dengan menjaga kebersihan sawah dari gulma yang mungkin menjadi inang alternatif dan membersihkan sisa sisa tanaman yang terinfeksi sangat dianjurkan.

6.        Pengairan berselang (satu hari digenangi, tiga hari dikeringkan)

Pengairan tersebut akan mengurangi kelembaban disekitar pertanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi dan gesekan daun antar tanaman sebagai media penularan patogen.

7.      Penggunaan pestisida bila serangan sudah mencapai ambang pengendalian yaitu bisa menggunakan bahan aktif agrimicin, asam kloro bromo iso sianurik dan tembaga hidroksida dengan dosis 1-2 cc/gram per liter pada saat umur 14 hst, 24 hst dan 48 hst.

8.        Hindari menggunakan jerami yang terinfeksi penyakit kresek

 

Dengan mengenali gejala-gejala ini sejak awal petani dapat mengambil tindakan pencegahan yang tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit kresek dan mengurangi kerugian pada hasil panen.

 

Daftar Pustaka :

Ali, S.F., Hastuti, D., dan Saylendra, A. (2012). Uji Ketahanan 10 Tanaman Padi Varietas Lokal Banten Terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) Pada Fase Persemaian. Jurnal Agroekoteknologi, 4(1).

Sudir, B., Nuryanto, B., & Kadir, T. S. (2012). Epidemiologi, Patotipe, dan Strategi Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri pada Tanaman Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.