Oleh : Ni Putu Eka Handayani, S.P
POPT Ahli
Pertama di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sawan
Penyakit kresek atau hawar daun bakteri yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae merupakan salah satu
ancaman bagi tanaman padi Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan hasil panen
yang dan berdampak pada pendapatan petani. Patogen ini dapat mengenfeksi tanaman
padi pada semua fase pertumbuhan tanaman dari mulai pesemaian sampai menjelang
panen. Umumnya penyebaran penyakit kresek berasal dari bekas jerami, singgang,
benih padi yang terinfeksi bakteri dan juga gulma di sekitar pertanaman (Ali,
S.F dkk, 2012)
Gejala
serangan penyakit kresek
Gejala
diawali dengan timbulnya bercak abu abu (kekuningan) umumnya pada tepi daun.
Dalam perkembangannya, gejala akan meluas, membentuk hawar memanjang (blight),
dan akhirnya daun mengering. Bila serangan terjadi pada awal pertumbuhan
tanaman menjadi layu dan mati gejala ini disebut kresek. Bila serangan terjadi saat berbunga, proses pengisian gabah
menjadi tidak sempurna, menyebabkan gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa.
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit
Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terutama adalah
kelembaban yang tinggi sangat memacu perkembangan penyakit ini. Oleh karena itu
penyakit kresek sering timbul terutama pada musim hujan. Pertanaman yang
dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi tanpa diimbangi dengan pupuk kalium
menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap penyakit kresek. Oleh karena
itu untuk menekan perkembangan penyakit kresek disarankan tidak memupuk tanaman
dengan nitrogen secara berlebihan, gunakan pupuk kalium dan tidak menggenangi
pertanaman secara terus menerus, sebaiknya pengairan dilakukan secara berselang
(intermiten) (Sudir
dkk, 2012)
Pencegahan dan
pengendalian Penyakit Kresek
1.
Penggunaan benih
dan bibit sehat
Patogen penyakit kresek
dapat tertular melalui benih maka sangat dianjurkan pertanaman yang terinfeksi
penyakit kresek tidak digunakan sebagai benih.
2.
Penggunaan agens
hayati Corynebacterium atau Paenybacillus polymyxa pada benih, umur 14, 28 dan
42 hst dengan dosis 5 cc per liter
3.
Pemupukan
berimbang serta menghindari pemupukan nitrogen berlebihan sedangkan pospor dan
kalium yang cukup
4.
Menghindari
pemupukan saat tanaman memasuki fase bunting
5.
Sanitasi
lingkungan dan gulma inang
Patogen dapat bertahan pada
inang alternatif dan sisa-sisa tanaman maka sanitasi lingkungan sawah dengan
menjaga kebersihan sawah dari gulma yang mungkin menjadi inang alternatif dan
membersihkan sisa sisa tanaman yang terinfeksi sangat dianjurkan.
6.
Pengairan
berselang (satu hari digenangi, tiga hari dikeringkan)
Pengairan tersebut akan
mengurangi kelembaban disekitar pertanaman, mengurangi terjadinya embun dan air
gutasi dan gesekan daun antar tanaman sebagai media penularan patogen.
7. Penggunaan
pestisida bila serangan sudah mencapai ambang pengendalian yaitu bisa
menggunakan bahan aktif agrimicin, asam kloro bromo iso sianurik dan tembaga
hidroksida dengan dosis 1-2 cc/gram per liter pada saat umur 14 hst, 24 hst dan
48 hst.
8.
Hindari
menggunakan jerami yang terinfeksi penyakit kresek
Dengan mengenali gejala-gejala ini sejak awal petani dapat
mengambil tindakan pencegahan yang tepat untuk mengendalikan penyebaran
penyakit kresek dan mengurangi kerugian pada hasil panen.
Daftar
Pustaka :
Ali, S.F., Hastuti, D., dan Saylendra, A.
(2012). Uji Ketahanan 10 Tanaman Padi Varietas Lokal Banten Terhadap Penyakit
Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) Pada Fase Persemaian. Jurnal
Agroekoteknologi, 4(1).
Sudir, B., Nuryanto, B., & Kadir, T.
S. (2012). Epidemiologi, Patotipe, dan Strategi Pengendalian Penyakit Hawar
Daun Bakteri pada Tanaman Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.