Oleh: I Wayan Rusman, S.P.
Pengendali
Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Pertama
Balai Penyuluhan Pertanian
Kecamatan Kubutambahan
Penyakit antraknosa pada tanaman jambu mete disebabkan oleh
jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Penz. & Sacc., yang
merupakan salah satu patogen utama yang banyak menyerang tanaman jambu mete,
khususnya di Brasil. Hifa patogen ini menyebar secara interseluler dan
intraseluler pada jaringan tanaman inang, merusak struktur sel dan jaringan
tanaman secara sistematis. Selain itu, saluran resin pada tanaman yang
terinfeksi mengalami kerusakan, yang menyebabkan aliran resin berlebihan dan
memburuknya kondisi tanaman. Fenomena ini menjadi salah satu penyebab utama penyebaran
penyakit dan menjadikannya sebagai ancaman serius bagi produksi jambu mete. Di
Brasil, penyakit yang disebabkan oleh C. gloeosporioides seperti hawar
bunga, busuk buah, dan antraknosa menjadi penyebab utama kerugian hasil
tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara morfologis, patogen
ini merupakan stadium anamorfik dari Glomerella cingulata (Stineman) Sp.
& Schrenk. Semua klon jambu mete yang tersedia di wilayah tersebut,
meskipun memiliki nilai ekonomi yang tinggi, rentan terhadap infeksi jamur ini
(Lopez dan Lucas, 2010).
Gejala Penyakit:
Gejala awal penyakit ini ditandai dengan munculnya lesio
berair yang mengendap, berwarna cokelat kemerahan berkilauan, yang kemudian
diikuti dengan eksudat resin pada bagian yang terinfeksi. Bunga yang terdampak
memperlihatkan tanda propagul pada mahkota bunga, diikuti dengan perubahan pada
bunga itu sendiri yang menjadi hitam, layu, dan akhirnya gugur. Lesio pada
tanaman berkembang secara longitudinal, yang dapat menyebabkan kematian tunas secara
berlebihan. Pada tangkai daun yang terinfeksi, gejalanya meliputi kekusutan,
serta penutupan dengan kelompok nekrotik kecil pada pinggir dan ujung daun.
Sementara itu, biji dan buah yang terinfeksi akan mengalami penurunan kualitas
yang ditandai dengan layu, pembusukan, atau pengeringan. Biji menunjukkan
bercak nekrotik kecil pada epicarp-nya, sementara buah akan berubah menjadi
hitam dan mengeras. Proses infeksi jamur pada buah terjadi melalui kepala putik
bunga, yang menjadi pintu masuk bagi patogen. Gejala penyakit ini sangat
bervariasi, tergantung pada organ tanaman yang terinfeksi, memberikan tantangan
dalam diagnosis dan penanganan yang efektif.
Penyebaran
Penyakit:
Pertumbuhan patogen berlangsung secara kontinu pada bagian
yang mati dari jaringan inang setelah membunuhnya, terutama selama periode yang
tidak menguntungkan bagi inang (tanaman). Ketika kelembaban udara tinggi dan daun muda pada tanaman jambu mete
mulai muncul, patogen menjadi aktif dan menginfeksi bagian-bagian yang lunak,
menghasilkan konidia dalam jumlah yang melimpah. Konidia-konidia ini tersebar
oleh aliran udara dan percikan air hujan, menjangkau semua tanaman yang
terdekat. Selain itu, cahaya juga meningkatkan sporulasi jamur, sementara suhu
30°C sangat mendukung perkembangan patogen. Penyakit ini berkembang pesat dalam
kondisi hangat dan lembab, sehingga patogen menjadi lebih virulen ketika hujan
deras mengguyur tanaman jambu mete pada musim pembungaan. Selain bunga, patogen
juga menyerang bagian-bagian tanaman muda, ranting, biji yang belum masak, dan
buah. Penyakit ini menjadi epidemi di Trichi, Tamil Nadu, dan di Brasil,
menyebabkan kerugian ekonomi yang besar pada tanaman jambu mete.
Pengendalian:
1. Sanitasi
tanaman secara teratur dan penanaman tanaman pemecah angin sangat penting untuk
mencegah penyebaran penyakit ini. Spesies yang tumbuh cepat seperti Casuarina
dan Eucalyptus dapat ditanam sebagai tanaman pinggir untuk berfungsi
sebagai pemecah angin.
2. Penyemprotan
dengan bubur Bordeaux 1% telah dilaporkan efektif. Awalnya, bubur Bordeaux
dicampur dengan sulfat besi untuk memberikan hasil yang lebih baik.
Penyemprotan sebaiknya dilakukan setelah musim hujan, saat daun merah baru
mulai muncul.
3. Di
Brasil, penyemprotan dengan bahan aktif Mancozeb 70% WP dilaporkan dapat
mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh patogen ini. Perlakuan ini harus
diulang setidaknya tiga kali.
4. Infeksi
jamur ini biasanya diawali oleh serangan Helopeltis (hama penghisap
buah). Oleh karena itu, penyemprotan kombinasi malathion dan fungisida
(mancozeb) disarankan untuk mengendalikan kedua hama dan penyakit ini secara
bersamaan.
Daftar Referensi:
Lopez,
M. & Lucas, J. (2010). Waspadai Penyakit Antraknosa pada Tanaman Jambu
Mete. Jurnal Pertanian Tropis, 15(2), 45-58.
Sudarma,
I. M. (2015). Penyakit Tanaman Perkebunan: Kelapa, Kopi, Panili, Cengkih,
Tembakau, Karet, dan Jambu Mete. Yogyakarta: Plantaxia.