(0362) 25090
distan@bulelengkab.go.id
Dinas Pertanian

Waspadai Penyakit Antraknosa pada Tanaman Jambu Mete

Admin distan | 24 Februari 2025 | 105 kali

Oleh: I Wayan Rusman, S.P.

Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Ahli Pertama

Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kubutambahan

Penyakit antraknosa pada tanaman jambu mete disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Penz. & Sacc., yang merupakan salah satu patogen utama yang banyak menyerang tanaman jambu mete, khususnya di Brasil. Hifa patogen ini menyebar secara interseluler dan intraseluler pada jaringan tanaman inang, merusak struktur sel dan jaringan tanaman secara sistematis. Selain itu, saluran resin pada tanaman yang terinfeksi mengalami kerusakan, yang menyebabkan aliran resin berlebihan dan memburuknya kondisi tanaman. Fenomena ini menjadi salah satu penyebab utama penyebaran penyakit dan menjadikannya sebagai ancaman serius bagi produksi jambu mete. Di Brasil, penyakit yang disebabkan oleh C. gloeosporioides seperti hawar bunga, busuk buah, dan antraknosa menjadi penyebab utama kerugian hasil tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara morfologis, patogen ini merupakan stadium anamorfik dari Glomerella cingulata (Stineman) Sp. & Schrenk. Semua klon jambu mete yang tersedia di wilayah tersebut, meskipun memiliki nilai ekonomi yang tinggi, rentan terhadap infeksi jamur ini (Lopez dan Lucas, 2010).

 Gejala Penyakit:

Gejala awal penyakit ini ditandai dengan munculnya lesio berair yang mengendap, berwarna cokelat kemerahan berkilauan, yang kemudian diikuti dengan eksudat resin pada bagian yang terinfeksi. Bunga yang terdampak memperlihatkan tanda propagul pada mahkota bunga, diikuti dengan perubahan pada bunga itu sendiri yang menjadi hitam, layu, dan akhirnya gugur. Lesio pada tanaman berkembang secara longitudinal, yang dapat menyebabkan kematian tunas secara berlebihan. Pada tangkai daun yang terinfeksi, gejalanya meliputi kekusutan, serta penutupan dengan kelompok nekrotik kecil pada pinggir dan ujung daun. Sementara itu, biji dan buah yang terinfeksi akan mengalami penurunan kualitas yang ditandai dengan layu, pembusukan, atau pengeringan. Biji menunjukkan bercak nekrotik kecil pada epicarp-nya, sementara buah akan berubah menjadi hitam dan mengeras. Proses infeksi jamur pada buah terjadi melalui kepala putik bunga, yang menjadi pintu masuk bagi patogen. Gejala penyakit ini sangat bervariasi, tergantung pada organ tanaman yang terinfeksi, memberikan tantangan dalam diagnosis dan penanganan yang efektif.

Penyebaran Penyakit:

Pertumbuhan patogen berlangsung secara kontinu pada bagian yang mati dari jaringan inang setelah membunuhnya, terutama selama periode yang tidak menguntungkan bagi inang (tanaman). Ketika kelembaban udara  tinggi dan daun muda pada tanaman jambu mete mulai muncul, patogen menjadi aktif dan menginfeksi bagian-bagian yang lunak, menghasilkan konidia dalam jumlah yang melimpah. Konidia-konidia ini tersebar oleh aliran udara dan percikan air hujan, menjangkau semua tanaman yang terdekat. Selain itu, cahaya juga meningkatkan sporulasi jamur, sementara suhu 30°C sangat mendukung perkembangan patogen. Penyakit ini berkembang pesat dalam kondisi hangat dan lembab, sehingga patogen menjadi lebih virulen ketika hujan deras mengguyur tanaman jambu mete pada musim pembungaan. Selain bunga, patogen juga menyerang bagian-bagian tanaman muda, ranting, biji yang belum masak, dan buah. Penyakit ini menjadi epidemi di Trichi, Tamil Nadu, dan di Brasil, menyebabkan kerugian ekonomi yang besar pada tanaman jambu mete.

Pengendalian:

1. Sanitasi tanaman secara teratur dan penanaman tanaman pemecah angin sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit ini. Spesies yang tumbuh cepat seperti Casuarina dan Eucalyptus dapat ditanam sebagai tanaman pinggir untuk berfungsi sebagai pemecah angin.

2.   Penyemprotan dengan bubur Bordeaux 1% telah dilaporkan efektif. Awalnya, bubur Bordeaux dicampur dengan sulfat besi untuk memberikan hasil yang lebih baik. Penyemprotan sebaiknya dilakukan setelah musim hujan, saat daun merah baru mulai muncul.

3.  Di Brasil, penyemprotan dengan bahan aktif Mancozeb 70% WP dilaporkan dapat mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh patogen ini. Perlakuan ini harus diulang setidaknya tiga kali.

4.   Infeksi jamur ini biasanya diawali oleh serangan Helopeltis (hama penghisap buah). Oleh karena itu, penyemprotan kombinasi malathion dan fungisida (mancozeb) disarankan untuk mengendalikan kedua hama dan penyakit ini secara bersamaan.

 

Daftar Referensi:

Lopez, M. & Lucas, J. (2010). Waspadai Penyakit Antraknosa pada Tanaman Jambu Mete. Jurnal Pertanian Tropis, 15(2), 45-58.

Sudarma, I. M. (2015). Penyakit Tanaman Perkebunan: Kelapa, Kopi, Panili, Cengkih, Tembakau, Karet, dan Jambu Mete. Yogyakarta: Plantaxia.