Oleh
: I Gede Sila Adnyana, S.P.
(
POPT Ahli Pertama di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sukasada )
Bumbung
konservasi merupakan salah satu inovasi sederhana yang dapat dimanfaatkan
petani untuk mengendalikan hama penggerek batang padi (PBP) secara alami. Alat
ini terbuat dari bahan bambu yang mudah ditemukan di pedesaan, sehingga
pembuatannya tidak memerlukan biaya yang besar. Prinsip kerja bumbung
konservasi adalah dengan menyediakan tempat berkembang biak bagi musuh alami
hama, terutama parasitoid telur seperti Trichogramma sp. dan Telenomus
sp., yang berperan penting dalam menekan populasi PBP.
Penggerek
batang padi dikenal sebagai salah satu hama utama pada tanaman padi yang dapat
menyebabkan kerusakan serius, terutama pada fase vegetatif dan generatif.
Serangan hama ini dapat mengakibatkan gejala sundep dan beluk yang berdampak
pada penurunan hasil panen. Oleh karena itu, diperlukan upaya pengendalian yang
efektif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Salah satu metode yang terbukti
efisien adalah pemanfaatan bumbung konservasi.
Cara kerja dan pembuatan
bumbung konservasi cukup sederhana yakni:
1.
Bumbung konservasi dibuat dari bambu dengan memberikan
lubang-lubang di beberapa ruasnya.
2.
Bagian atas bumbung biasanya ditutup untuk melindungi telur
dari hujan.
3.
Disekitar lubang dengan radius 10-15cm diberikan gemuk atau
perekat yang dimaksudkan agar ulat yang menetas.
4.
Kelompok telur PBP yang ditemukan di persawahan dikumpulkan
dan dimasukkan ke dalam lubang-lubang bumbung tersebut.
5.
Telur-telur PBP yang ditempatkan di dalam bumbung akan
menetas dan menjadi parasitoid.
6.
Parasitoid akan keluar dari bumbung dan mencari telur PBP
lain untuk dimangsa, sehingga populasi hama PBP dapat ditekan.
Parasitoid
yang berkembang di dalam bumbung akan keluar untuk mencari telur PBP lain di
area persawahan. Dengan demikian, populasi hama dapat ditekan secara alami
tanpa perlu menggunakan pestisida kimia. Keberadaan parasitoid ini sangat
penting karena dapat menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi
ketergantungan petani pada bahan kimia yang berpotensi mencemari lingkungan.
Pemanfaatan
bumbung konservasi memberikan banyak manfaat bagi petani. Selain efektif
menekan populasi PBP, alat ini ramah lingkungan, mudah dibuat, dan biayanya
murah. Dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal seperti bambu, petani dapat
membuat bumbung konservasi sendiri tanpa memerlukan keterampilan khusus. Hal
ini menjadikan metode ini sangat cocok diterapkan di daerah pedesaan yang
mengandalkan pertanian padi.
Selain
itu, bumbung konservasi juga berperan penting dalam pelestarian musuh alami
hama. Dengan menyediakan habitat bagi parasitoid, keseimbangan ekosistem dapat
terjaga, sehingga keberadaan hama tetap terkendali secara alami. Metode ini
sekaligus mendukung sistem pertanian ramah lingkungan yang aman bagi lingkungan
dan kesehatan manusia.
Secara
keseluruhan, bumbung konservasi adalah solusi praktis, efektif, dan ramah
lingkungan untuk mengendalikan hama penggerek batang padi. Dengan memanfaatkan
musuh alami, petani tidak hanya dapat mengurangi kerusakan tanaman, tetapi juga
menjaga keseimbangan ekosistem pertanian. Penerapan metode ini diharapkan dapat
terus dikembangkan dan disosialisasikan agar semakin banyak petani yang
memanfaatkannya dalam budidaya padi mereka..
Daftar Pustaka:
Kartohardjono, A. 2011.
Pengendalian Hayati Hama Tanaman Pangan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suharto, H., &
Haryanto, A. 2018. Teknologi Konservasi Musuh Alami untuk Pengendalian Hama
Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman
Padi.
Prasetyo, B. 2019. Bumbung
Konservasi sebagai Metode Pengendalian Ramah Lingkungan. Jurnal Pertanian Berkelanjutan, 7(2): 45-53.