System of Rice Intensification (SRI) adalah teknik
budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah
pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara. Teknik ini terbukti telah
berhasil meningkatkan produktivitas padi sebesar 50% Oleh penemunya metode ini
selanjutnya dengan bahasa prancis dinamakan le Systeme de Rizkulture
Intensive disingkat SRI dalam bahasa Inggris populer dengan
nama System of Rice Intensification disingkat SRI.
Budidaya padi organik metode SRI adalah : (1). Tanam
Bibit Muda, dengan usia 12 setelah sebar (HSS) atau ketika bibit berdaun dua
helai, (2). Bibit yang ditanam hanya satu per lubang dengan jarak 30x30 cm, 35x35
cm atau lebih panjang, (3). Pindah tanam harus sesegera mungkin (kurang dari 30
menit) dan harus hati-hati agar akar tidak putus dan ditanam dangkal, (4). Pemberian
air maksimal 2 cm (macak-macak) dan periode tertentu dikeringkan sampai pecah (
irigasi berselang/terputus), (5). Penyiangan sejak awal, sekitar 10 hari dan
diulang 2-3 kali dengan interval 10 hari, (6). Sedapat mungkin menggunakan
pupuk organik (pupuk hijau atau kompos).
Keunggulan Metode SRI : (1). Tanaman hemat air, selama pertumbuhan mulai dari tanam sampai panen hanya menggunakan air maksimal 2 cm paling baik macak-macak sekitar 55 mm dan periode tertentu dikeringkan sampai tanah retak (irigasi berselang /terputus), (2). Hemat Biaya, hanya membutuhkan benih 5kg/Ha, tidak memerlukan biaya pencabutan Bibit (Babut), tidak memerlukan biaya pindah bibit, tenaga tanam berkurang dan tempat lain sebagainya, (3). Hemat waktu, ditanam bibit muda 5-12 Hss, dsn waktu panen akan lebih awal, (4). Produksi meningkat, di beberapa tempat mencapai 11 ton/ha, (5). Ramah Lingkungan, tidak menggunakan bahan kimia, pupuk yang digunakan adalah (kompos, pupuk kandang dan mikroorganisme lokal).
Teknik Budidaya Padi Sehat dengan Metode SRI : (1). Benih diuji
terlebih dahulu menggunakan larutan air garam, larutan garam adalah larutan
yang apabila dimasukkan telur maka telur tersebut akan terapung. Benih yang
baik untuk dijadikan bibit adalah benih yang tenggelam didalam larutan garam
tersebut. Benih hasil seleksi kemudian direndam dalam air biasa selama 24 jam,
setelah itu ditiriskan diperam selama 2 hari, benih kemudian disemaikan pada
media campuran tanah dan pupuk organik (1:1) di dalam wadah segi empat atau
baki 20 x 20 cm. Setelah berumur 7-10 hari benih padi sudah siap ditanam, (2). Pengolahan
tanah untuk tanam padi metode SRI tidak berbeda dengan cara pengolahan tanah
untuk tanam padi cara konvensioanal, (3). Pemberian pupuk pada SRI selain untuk
memberikan unsur hara bagi tanaman, juga diarahkan untuk perbaikan kesehatan
tanah. Kebutuhan pupuk organik pertama setelah menggunkan sistem konvensional
adalah 10 ton/ dan dapat diberiakan samapai dua musimtanam. Setelah terlihat
kondisi tanah membaik, maka pupuk organik bisa berkurang disesuaikan dengan
kebutuhan. Pemberian pupuk organik dilakukan pada tahap pengolahan tanah kedua
agar pupuk bisa menyatu denga tanah, (4). Tanam metode SRI tidak membutuhkan
genangan air yang terus menerus cukup dengan kondisi tanah yang basah.
Penggenangan hanya dilakukan untuk mempermudah pemeliharaan yaitu : pada umur
padi 1-10 hst tanaman padi cukup digenangi air setinggi 1 cm, kemudian pada
umur 10 hari dilakukan penyiangan. Setelah dilakukan penyiangan tanaman padi
tidak digenangi air. Untuk perlakuan yang masih membutuhkan penyiangan
berikutnya, maka dua hari menjelang penyianagan tanaman padi digenang air. Pada
saat berbunga tanaman padi digenang, dan setelah padi berbuah matang susu
tanaman padi sampai panen dikeringkan. Untuk mecegah hama dan penyakit pada
padi metode SRI tidak dianjurkan untuk mengunakan pestisida, tetapi dianjurkan
untuk upaya pencegahan dan apabila terserang dianjurkan untuk menggunakan
pestisida nabati dan pengendalia secara fisik atau mekanik.
Manfaat Teknologi Metode SRI : (1). Selain
hemat air karena kebutuhan air hanya 20-30% dari kebutuhan cara konvensional,
metode SRI dapat memulihkan atau memperbaiki struktur dan kesehatan tanah,
serta mewujudkan ekologi tanah, (2). Membentuk petani mandiri yang mampu
meneliti dan menjadi ahli dilahannya sendiri, tidak tergantung pada pupuk dan
pestisida kimia buatan pabrik yang semakin mahal dan terkadang langka, (2). Membuka
lapangan kerja di pedesaan, mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan
keluarga petani, (3). Menghasilkan produksi beras yang sehat, rendemen tinggi
dan tidak mengandung residu kimia, (4). Mewariskan tanah yang sehat untuk
generasi mendatang.
Sumber : Buku Pintar Penyuluhan Budidaya Tanaman
Pangan Badan Ketahanan Pangan Dan Penyuluhan (BKPP) Tahun 2009