Oleh: Shierly P. V. Nainggolan, SP. / POPT Ahli Pertama
pada Balai Penyuluhan Pertanian Kec. Seririt
Tanaman anggur sudah cukup lama diusahakan
oleh petani Indonesia terutama di daerah Bali. Anggur merupakan tanaman yang
umumnya tumbuh di dataran rendah. Keberhasilan dalam budidaya anggur sangat
dipengaruhi oleh faktor seperti iklim, kualitas tanah, teknik budidaya yang
diterapkan maupun manajemen yang baik dari petani. Tanaman anggur rentan
terhadap serangan penyakit sehingga kesalahan dalam proses perawatan tanaman
anggur dapat membuat tanaman ini menjadi rentan untuk terinfeksi suatu
penyakit. Serangan penyakit pada tanaman anggur merupakan salah satu faktor
yang menentukan keberhasilan budidaya anggur. Mengenal gejala yang timbul
akibat serangan penyakit menjadi hal utama yang perlu diperhatikan agar
pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan tepat, salah satunya adalah
penyakit embun tepung.
Penyakit embun tepung disebabkan oleh
jamur Unicula nectator dimana menyerang bagian daun dan buah. Jamur ini
bertahan pada keadaan lembab berupa spora jamur pasif di tunas yang tidak aktif
atau retakan-ratakan kulit. Kemudian spora ini dibawa oleh angin ke tanaman
baru (infeksi primer). Setelah jamur berkembang pada bagian tanaman maka jamur
akan mulai menghasilkan spora baru yang menyebar lebih jauh dengan perantaraan
angin (infeksi sekunder). Kandungan air dari kabut dan embun serta cuaca
berawan mendukung proses produksi spora. Persebaran embun tepung berkurang pada
permukaan daun yang terbuka dengan suhu lebih dari 35 derajat Celcius, terpapar sinar
matahari langsung dan curah hujan tinggi.
Gejala penyakit ini antara lain ditandai
pada permukaan atas daun terdapat tepung berwarna putih yang meluas, kemudian
berwarna coklat dan selanjutnya dapat menyebabkan daun gugur. Penyakit powdery
mildew atau embun tepung terjadi pada saat peralihan dari musim kemarau ke
musim penghujan. Jamur ini menyerang daun dan buah. Pada daun gejala yang
tampak adalah pada permukaan atas terdapat tepung berwarna putih yang meluas
(massa spora), kemudian berwarna coklat dan selanjutnya dapat menyebabkan daun
gugur. Serangan pada buah mula-mula berwarna putih dan bekas serangan menjadi
berwarna coklat berkutil atau berkerut-kerut sehingga menyebabkan buah cacat.
Apabila terjadi serangan penyakit pada
tanaman anggur, penggunaan fungisida atau bahan pengendali hayati dapat menjadi
langkah pengendalian yang efektif. Penggunaan fungisida yang tepat dan sesuai
dengan dosis yang dianjurkan menjadi perhatian utama. Selain itu, perlu dipertimbangkan
penggunaan bahan pengendali hayati seperti mikroorganisme antagonis atau
ekstrak tumbuhan yang dapat membantu mengendalikan patogen penyebab penyakit
pada anggur. Pencegahan yang dapat dianjurkan adalah melakukan pemangkasan yang
mendukung kanopi terbuka agar tanaman terkena sinar matahari. Selain itu
melakukan pemupukan berimbang, dimana memperhatikan dosis pupuk Nitrogen agar
menghindari pertumbuhan vegetatif yang berlebihan. Pencegahan menggunakan
fungsida kimia dengan menggunakan bahan aktif bupirimat, oksitiokuineks atau
benomil.
Daftar Pustaka
Balai Penelitian
Hortikultura Solok. 1991. Budidaya Anggur. Diakses pada laman https://repository.pertanian.go.id/items/08396dd7-9f36-479e-b787-46b3978f8ab2
tanggal 11 Februari 2025.
Pusat Perpustakaan
dan Penyebaran Teknologi Pertanian. 2024. Info Teknologi : Kenali Penyakit
Utama pada Anggur. Diakses pada laman https:// pustaka.setjen.pertanian.go.id/info-literasi/info-teknologi-kenali-penyakit-utama-pada-anggur
tanggal 11 Februari 2025.
Ramadhan, M. A.,
F. Nusyura, dan F. Z. Rahmanti. 2024. Identifikasi Penyakit Tanaman Anggur
Berdasarkan Daunnya Menggunakan Naïve Bayes. Jur. Sistem Informasi.
13(5):1783-1793.