Kegiatan SL-PHT (Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu ) di Kelompok Tani Sari Pertiwi, desa Tukadsumaga, kecamatan Gerokgak. Kegiatan SL-PHT bertujuan untuk memberikan pengetahuan terkait teknologi pertanian terkini dalam pengelolaan hama penyakit dan melakukan diskusi terkait pemecahan masalah terhadap pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) khususnya pada tanaman cabai.
PHT secara konsep adalah suatu cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengen¬dalian hama dan penyakit tumbuhan yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan.
Sasaran PHT adalah : 1) produktivitas pertanian yang mantap dan tinggi, 2) penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat, 3) populasi hama dan patogen tumbuhan dan kerusakan tanaman karena serangannya tetap berada pa¬da aras yang secara ekonomis tidak merugikan, dan 4) pengurangan risiko pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida. Dalam PHT, penggunaan pestisida masih diperbolehkan, tetapi aplikasinya menjadi alternatif terakhir bila cara-cara pengendalian lainnya tidak mampu mengatasi wabah hama atau penyakit. Pestisida yang dipilihpun harus yang efektif dan telah diizinkan.
Ada empat prinsip penerapan PHT pada tingkat petani. Empat prinsip tersebut yaitu budidaya tanaman sehat, pelestarian dan pendayagunaan musuh alami, pengamatan mingguan secara teratur, dan petani sebagai ahli PHT.
Permasalahan yang sering ada dilapangan (oleh petani) yakni aspek budidaya, mulai perencanaan tanam, persiapan tanam, pengolahan tanah, pemupukan, penyiangan, dan pemeliharaan lain belum disengaja dan dipersiapkan secara optimal agar tingkat penyakit tertekan. Selama ini, aspek budidaya masih lebih ditujukan agar tanaman tumbuh subur, dan berproduksi tinggi, bukan menjadi lebih tahan. Selain itu, musuh alami yang dimaksud dalam prinsip PHT kurang berkaitan dengan musuh alami patogen tumbuhan. Permasalahannya adalah bahwa patogen yang renik juga mempunyai musuh alami yang renik pula, sehingga tidak mudah dipahami petani. Demikian juga, ternyata belum banyak penelitian yang mengungkap tentang bahaya pestisida terhadap kelestarian musuh alami patogen tumbuhan.
Melalui kegiatan SL-PHT ini, dalam prakteknya petani diarahkan melakukan pengolahan tanah dengan mengaplikasikan agens hayati berupa Trichoderma sp. dan menggunakan mulsa plastik hitam perak pada setiap bedengan serta memberikan bio pf pada tanaman cabai secara berkala serta rutin melakukan pengamatan OPT. Secara fisik, pengendalian dilakukan dengan memasang lem perangkap serangga (hama) pada lahan. Petani juga mengaplikasikan pupuk organik yang mengandung ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) pada fase vegetatif dan generatif tanaman cabai. Melalui kegiatan SL-PHT ini, petani mendapatkan pengetahuan baru dalam mengendalikan OPT yang berdampak baik secara ekologi maupun ekonomi bagi petani bahwa petani sebagai manajer untuk lahannya sendiri diharapkan mampu mengelola dan mempersiapkan lahannya juga mendorong petani dapat meminimalisasi penggunaan pestisida sintetik.
Komang Riska Wardani, S.P.