Oleh:
Pande Made Giopany, S.P.
(POPT
– Ahli Pertama BPP Kecamatan Sukasada)
Cengkeh (Syzygium aromaticum) merupakan salah satu
komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, baik di pasar domestik
maupun internasional. Cengkeh telah lama menjadi bahan utama dalam industri
rokok kretek, rempah-rempah, serta memiliki manfaat dalam bidang farmasi dan
industri makanan. Namun, tingginya nilai ekonomi komoditas ini sering terancam
oleh berbagai kendala produksi, salah satunya adalah gangguan penyakit tanaman,
termasuk penyakit bercak daun cengkeh yang dapat menurunkan
produktivitas dan kualitas tanaman.
Penyebab Penyakit Bercak Daun
Cengkeh
Penyakit bercak daun pada cengkeh umumnya disebabkan oleh
infeksi jamur patogen seperti Cylindrocladium quinqueseptatum dan Colletotrichum
gloeosporioides, meskipun beberapa laporan juga menyebutkan keterlibatan
genus lain seperti Mycosphaerella dan Phyllosticta. Jamur ini
berkembang dengan baik pada kondisi lingkungan yang lembap, terutama di daerah
dengan curah hujan tinggi dan sirkulasi udara yang kurang baik.
Gejala Serangan
Gejala penyakit bercak daun pada cengkeh umumnya mudah
dikenali karena tampak jelas pada permukaan daun. Serangan awal biasanya muncul
dalam bentuk bercak-bercak kecil berwarna coklat pada daun muda maupun tua.
Bercak tersebut secara bertahap membesar dan berubah menjadi kehitaman dan
seringkali dikelilingi halo kuning yang kontras dengan jaringan sehat di
sekitarnya. Dalam kondisi lembab, bercak – bercak tersebut dapat menyatu,
membentuk area nekrotik yang luas sehingga menyebabkan kerusakan jaringan daun.
Pada serangan berat, daun menjadi kering dan gugur sebelum waktunya sehingga
mengurangi luasan bidang fotosintesis.
Upaya Pengendalian
Upaya pengendalian penyakit berak daun cengkeh perlu
dilakukan secara terpadu untuk meminimalkan kerugian yang ditimbulkan. Beberapa
strategi dasar yang dapat dilakukan untuk pengendalian penyakit ini,
diantaranya seperti pemangkasan untuk memperbaiki aerasi dalam tajuk,
pengaturan jarak tanaman agar sirkulasi udara lebih baik, serta sanitasi kebun
dengan mengumpulkan dan memusnahkan daun terinfeksi. Selain itu, pemanfaatan
agensia hayati seperti Trichoderma spp. juga menunjukkan hasil yang
positif dalam upaya menekan perkembangan penyakit bercak daun cengkeh.
Disamping juga penggunaan agens hayati juga lebih ramah lingkungan dan tidak
meninggalkan residu kimia dibandingkan dengan fungisida sintesis.
Sumber Pustaka
Asman,
A., Yuliani, R., & Nurmansyah, H. 2019. Penyakit bercak daun pada tanaman
cengkeh (Syzygium aromaticum) yang disebabkan oleh Cylindrocladium
quinqueseptatum di Sulawesi Utara. Jurnal Fitopatologi Indonesia,
15(2), 67–74.
Girsang,
N.S.S. 2022. Pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman Cengkeh (Syzygium
aromaticum) Ramah Lingkungan. Balai Besar Perbenihan dan Perlindungan
Tanaman Perkebunan Medan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Dapat diakses pada https://balaimedan.ditjenbun.pertanian.go.id/pengelolaan-organisme-pengganggu-tanaman-cengkeh-syzygium-aromaticum-ramah-lingkungan/#:~:text=Penyakit%20cacar%20daun%20cengkeh%20disebabkan,panas%2C%20karbon%20dan%20uap%20air.
Supriadi,
H., & Djauhari, S. 2017. Identifikasi penyakit daun pada tanaman cengkeh
dan strategi pengendaliannya di perkebunan rakyat. Buletin RISTRI,
8(2), 101–110.
Wahyuno,
Dono., & Endri, M. 2015. Pedoman Budi Daya Cengkeh di Kebun Campur. Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro, Badan Litbang Pertanian). Bogor. World
Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Program